AbuZakariya Yahya bin Mu'adz ar-Razi, salah seorang murid Ibnu Karram, meninggalkan Rayy, kota kelahirannya, dan beberapa lama menetap di Balkh.

sumber gambar Bertutur adalah cara yang efektif untuk menyentuh hati dan mengubah perilaku seseorang. Penuturan yang benar dan baik akan mampu menembus hati terdalam seseorang. Karena itu pula, sebagian besar muatan al-Qurโ€™an berupa kisah. Allah Taโ€™ala hendak menegaskan, kisah yang memiliki hikmah merupakan cara pengajaran yang efektif terhadap jiwa seseorang. Dengan tetap harus memperhatikan muatan kebenaran, kita dibolehkan untuk mengadopsi berbagai kisah kehidupan. Sebab hikmah milik orang beriman, bisa diambil di mana pun, dari kalangan mana pun. Selama muatannya bagus dan tak menyelisihi kandungan suci al-Qurโ€™an, kisah bisa diambil untuk dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam sebuah kisah sufi yang cukup masyhur, tersebutlah dua orang. Orang pertama memiliki badan tambun, berisi, gemuk. Sedangkan orang kedua kurus, sedikit dagingnya. Alkisah, dua insan tersebut dimasukkan ke dalam jeruji besi. Dipenjara karena sebuah kasus. Kepada para muridnya, sang sufi melontarkan pertanyaan; di antara dua orang tersebut, mana yang bisa bertahan lebih lama? Orang-orang yang gemuk dalam kisah ini merupakan perlambang manusia yang hobi mengupayakan dan menumpuk dunia. Banyak hal yang dia inginkan. Harta, tahta, dan wanita; semuanya ditumpuk hanya demi menuruti nafsunya. Orang gemuk ini berbeda dengan mereka yang memang digemukkan oleh Allah Taโ€™ala. Mereka gemuk karena nafsunya, tidak pernah berfikir akibat dari kegemukan yang mereka alami. Di dalam jeruji besi, orang gemuk tersebut lebih sering mengeluh, tidak tahan terhadap ujian dan siksaan para sipir penjara. Ia menyerah. Tak kuat menahan semua keburukan yang ditimpakan. Kebiasaannya menikmati hidup dengan mudah tanpa perjuangan yang berarti amat sukar ditolaknya. Imajinasinya masih meninggi dalam buai kenikmatan yang selama ini dia dapatkan. Berbeda dengan orang yang kurus. Ia santai menikmati ujian di penjara. Bahkan, makanannya lebih teratur lantaran ada jadwal makan di dalam kerangkeng besi. Saat di alam bebas, dia justru makan sekenanya; tidak jelas waktu dan menunya. Ia juga tahan banting dan tak mudah mengeluh, sebab sering kali mendapatkan kesukaran dalam hidup sehari-hari. Dengan tanpa mendiskreditkan saudara-saudara kita yang dikaruniai kegemukan oleh Allah Taโ€™ala, hendaknya kita mengambil hikmah. Apakah kita bisa benar-benar bertahan hidup jika kelak Allah Taโ€™ala menguji kita dengan beragam ujian ketidakbaikan dalam hidup? Wallahu aโ€™lam. [Pirman/Kisahikmah]

๏ปฟ0views, 0 likes, 0 loves, 0 comments, 0 shares, Facebook Watch Videos from Riyo Fulana: Imam Malik bin Dinar merupakn salah satu ulama yang sangat zuhud. Apa saja yang yang membuat hatinya lupa Kita sekarang hidup di zaman akhir. Yang mana ukuran keberhasilan dan kesuksesan ditentukan oleh capaian duniawi. Itu pula yang menyebabkan hati kian kotor, buram dan jauh dari kebaikan. Karenanya, ada 7 cara yang bisa dilakukan untuk menyucikan hati. Kemudian, mengapa masih banyak saja dijumpai beragam penyimpangan di muka bumi ini? Salah satunya adalah karena manusia gemar menuruti hawa nafsunya. Mengumbar kegandrungan berbuat keburukan padahal akan membahayakan diri sendiri, keluarga, hingga lingkungan sekitar. Karenanya penting untuk berupaya menyucikan hati yang sengaja dimunculkan dalam khutbah Jumat singkat kali ini. Yakni kita diingatkan untuk tidak mudah menuruti keinginan hawa nafsu. Dalam menjalani hidup harus menahan amarah dan keburukan lain agar tercipta kedamaian dan ketentraman. Khutbah singkat ini mengajak jamaah Jumat untuk menyadari hal tersebut dengan terus meningkatkan takwallah. Menjalankan yang diperintah dan menjauhi larangan sebagai pengejawantahan sebagai muslim ideal. Untuk keperluan mencetak materi khutbah singkat terbaru berjudul 7 Cara Menyucikan Hati adalah dengan mengklik ikon print berwarna merah di bawah artikel. Semoga khutbah Jumat berkah dan lancar. Redaksi Khutbah Pertama ุงู„ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ูุŒ ุงู„ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู’ ุดูŽุฑูŽุนูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ุงู„ุฌูู‡ูŽุงุฏูŽุŒ ูˆูŽุญูŽุฑู‘ูŽู…ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ุงูŽ ุงู„ููŽุณูŽุงุฏูŽุŒ ูˆูŽุฃูŽุดู’ู‡ูŽุฏู ุฃูŽู†ู’ ู„ุงูŽ ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ุงู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุญู’ุฏูŽู‡ู ู„ุงูŽ ุดูŽุฑููŠู’ูƒูŽ ู„ูŽู‡ู ุดู‡ุงุฏูŽุฉูŽ ุฃุฏูŽุฎูŽุฑูŽู‡ูŽุง ู„ููŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ู…ูุนูŽุงุฏุŒ ูˆูŽุฃูŽุดู’ู‡ูŽุฏู ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุณูŽูŠู‘ูุฏู†ุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู‹ุง ุนูŽุจู’ุฏูู‡ู ูˆูŽุฑูŽุณููˆู’ู„ูู‡ู ุงู„ุฏู‘ูŽุงุนูู‰ ุจูู‚ูŽูˆู’ู„ูู‡ู ูˆูŽููุนู’ู„ูู‡ู ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ุฑู‘ูŽุดูŽุงุฏู. ุงู„ู„ู‡ู…ู‘ ุตูŽู„ู‘ ูˆุณู‘ู„ู‘ูู…ู’ ุนู„ูŽู‰ ุนูŽุจู’ุฏููƒูŽ ูˆูŽุฑูŽุณููˆู’ู„ููƒูŽ ู…ูุญูŽู…ู‘ุฏู ูˆูุนูŽู„ูู‰ ุขู„ูู‡ ูˆุฃุตู’ุญูŽุงุจูู‡ู ู‡ูุฏูŽุงุฉู ุงู„ุฃูŽู†ูŽุงู…ู ููŠ ุฃูŽู†ู’ุญูŽุงุกู ุงู„ุจูู„ุงูŽุฏู. ุฃู…ู‘ูŽุง ุจุนู’ุฏูุŒ ููŠูŽุง ุฃูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ุงุชู‘ูŽู‚ููˆุง ุงู„ู„ู‡ูŽ ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ุจูููุนู’ู„ู ุงู„ุทู‘ูŽุงุนูŽุงุชู Maasyiral Muslimin Rahimakumullah Semoga kesempatan hadir di masjid ini sebagai sarana meningkatkan takwallah yakni menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang. Hadirin yang Berbahagia Pada kesempatan kali ini diketengahkan dua kisah teladan dari Sayyidina Umar bin Khattab Radhiallahu Aanhu dan Hatim al-Asham. Kisah ini semoga dapat menjadi inspirasi dalam beramal dan menjalankan ibadah keseharian. Sehingga kita benar-benar menjadi muslim yang sehat lahir dan batin. Jamaah Rahamakumullah Suatu ketika seorang sufi ahli ibadah bernama Hatim al-Asham w. 237 M diminta penjelasan oleh Ashim bin Yusuf setelah pengajian majlis taklimnya. Ashim bin Yusuf adalah seorang ahli fiqih yang melihat segalanya dari kacamata syariah. Ashim bertanya kepada Hatim Ya syaikh, bagaimanakah cara kamu melaksanakan shalat? Hatim al-Asham sebagai ahli tarekat dan syariat menjawab Ketika masuk waktu shalat, aku berwudhu dengan dua wudhu, wudhu lahir dan wudhu bathin. Wudhu lahir itu syariat dan wudhu batin adalah hakikat. Ashim bin Yusuf sebagai santri yang berkonsentrasi pada fiqih agak terkejut. Sebelum memperpanjang keterkejutannya, Hatim al-Asham segera menerangkan Wudhu lahir dilakukan dengan membersihkan anggota badan menggunakan air. Kalau wudhu bathin itu harus mencuci hati salamatush shadri dengan 7 hal. 1. Dicuci dengan rasa penyesalan atau an-nadamah. Menyesali dari berbagai kesalahan dan menyesali karena meninggalkan kebaikan. Mengenai an-nadamah ini, kisah Sayyidina Umar bin Khattab RA patut direnungkan. Bahwa Sayyidina Umar bin Khattab RA memiliki kebun kurma di Madinah. Pohon-pohon kurmanya berbuah dengan kwalitas bagus, manis dan legit. Tidak hanya itu, bahkan di dalam kebun terdapat satu sumber air, padahal sudah maklum sulitnya sumber air di Madinah. Betapa bahagianya hati Sayyidina Umar memiliki kebun tersebut, hingga seringkali berjalan mengelilingi dan memeriksa hasil kebunnya. Hingga suatu saat sepulang dari kebun itu beliau berjumpa dengan para sahabat yang berjalan bersamaan. Kemudian Sayyidina Umar bertanya Dari manakah gerangan kalian berjalan bersama? Para sahabat menjawab Ini dari pulang berjamaah ashar. Kontan saja Sayyidina Umar berucap Innalilahi wa inna ilaihi rajiun, jadi ini tadi habis jamaah ashar? Masyaallah saksikanlah para sahabat, karena aku ketinggalan jamaah karena kebun kurma ini. Maka kebun ini aku wakafkan kepada fakir miskin. Demikianlah selayaknya contoh yang harus kita teladani dalam hal penyesalan meninggalkan satu ibadah kebaikan. Bacaan taraji' yakni innalilahi wa inna ilaihi rajiun, sebenarnya merupakan ungkapan ketika seseorang mendapatkan cobaan dan musibah. Jadi suburnya kebun dan sumber air bagi Sayyidina Umar tidak lain hanyalah cobaan yang menimpa dirinya. Dan kalimat innalilahi wa inna ilaihi rajiun menunjukkan betapa penyesalan yang luar bisa dari beliau akibat ketinggalan shalat jamaah ashar. Pertanyaannya, apakah demikian keadaan kita? Pernahkan kita berucap innalilahi wa inna ilaihi rajiun ketika ketinggalan satu shalat jamaah? Ada juga kita innalilahi wa inna ilaihi rajiun ketika gelas di tangan terjatuh, ketika makanan tertumpah dari tangan. Bukankah itu sama artinya kita lebih menghargai gelas dan maknan daripada shalat jamaah? Hadirian yang Berbahagia 2. Hati harus dicuci dengan tobat. Tobat yang dimaksud adalah taubatan nashuha atau sungguh-sungguh dan bertekad tidak akan mengulanginya lagi. Jika perlu tobat itu disertai dengan puasa tiga hari sebagai bukti kesungguhan dan membiasakan shalat di malam hari. 3. Hati harus dicuci dengan meninggalkan cinta dunia atau tarku hubbid dunya. Mengapa? liannahu ra'su kulli khati'athin, karena cinta dunia mengakibatkan kesalahan. Mengapa menipu? Karena hubbid dunya, orang akhirnya selingkuh. Karena hubbid dunya, tindakan berikutnya korupsi. Sekali lagi sebab utamanya karena hubbid dunya. Hadirin yang Dirahmati Allah 4. Hati dicuci dengan menjauhkan diri dari suka kekuasaan atau hubbur riyasah. Karena sesunggunya kekuasaan sering menyibukkan manusia dan memalingkannya dari Allah Yang Maha Kuasa. 5. Hati harus dicuci dengan meninggalkan suka dipuji atau hubbul mahmadah. Pujian seringkali menenggelamkan manusia dalam ke-Aku-annya yang mengakibatkan kesombongan yang luar biasa. 6. Baiknya hati dicuci dari dendam tarkul hiqdi. Meninggalkan dan melupakan dendam yang secara otomatis akan membawa seseorang tabah dan sabar menghadapi cobaan dan rasa sakit dari orang lain yang disebut hamlul adza. Jamaah yang Berbahagia 7. Baiknya hati dicuci dengan tarkul hasad, meninggalkan hasud yang sangat berbahaya. Karena hakikatnya hasad itu sebagaimana bahayanya api yang dengan cepat membakar kayu. Demikian maasyiral muslimin, bahwa Hatim memaknai wudhu secara bathin. Lalu bagaimanakah caranya melaksanakan shalat? Kemudian lanjut Hatim al-Asham Ketika memulai shalat aku merasa Ka'bah di depanku, surga di kananku, neraka di kiriku, shirathal mustaqim di telapak kakiku, dan Izrail telah menunggu di belakangku yang siap menyabut nyawa. Inilah praktik qashrul amal atau pendeknya angan-angan sehingga untuk beribadah lebih ditingkatkan. Jamaah yang Berbahagia Demikianlah khutbah Jumat kali ini yang disampaikan melalui kisah dan cerita. Sesungguhnya dalam kisah itu terdapat hikmah yang dapat dijadikan uswah bagi kita. Ya Allah jadikanlah kami semua bagian dari orang-orang yang beruntung yang mampu menjalankan perintah-Mu secara benar dan meninggalkan larangan dengan benar pula, amin. Khutbah Kedua ุงูŽู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ูู„ู„ู‡ู ุฑูŽุจู‘ู ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽุจูู‡ู ู†ูŽุณู’ุชูŽุนููŠู’ู†ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูู…ููˆู’ุฑู ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽุงู„ุฏู‘ููŠู’ู†ู. ุฃูŽุดู’ู‡ูŽุฏู ุฃูŽู†ู’ ู„ุงูŽ ุฅูู„ู‡ูŽ ุฅูู„ุงู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุญู’ุฏูŽู‡ู ู„ุงูŽ ุดูŽุฑููŠู’ูƒูŽ ู„ูŽู‡ูุŒ ูˆูŽุฃูŽุดู’ู‡ูŽุฏู ุฃูŽู†ู‘ูŽ ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู‹ุง ุนูŽุจู’ุฏูู‡ู ูˆูŽุฑูŽุณููˆู’ู„ูู‡ู. ุงู„ู„ู‘ู‡ูู…ู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุฃู„ูู‡ู ูˆูŽุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจูู‡ู ุฃูŽุฌู’ู…ูŽุนููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุชูŽุจูุนูŽู‡ูู…ู’ ุจูุฅูุญู’ุณูŽุงู†ู ุฅูู„ูŽู‰ ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ุฏู‘ููŠู’ู†ู. ุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุจูŽุนู’ุฏูุŒ ููŽูŠูŽุง ุนูุจูŽุงุฏูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฃููˆู’ุตููŠู’ูƒูู…ู’ ูˆูŽู†ูŽูู’ุณููŠู’ ุจูุชูŽู‚ู’ูˆูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ููŽู‚ูŽุฏู’ ููŽุงุฒูŽ ุงู„ู’ู…ูุชู‘ูŽู‚ููˆู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽุฃูŽุญูุซู‘ููƒูู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุทูŽุงุนูŽุชูู‡ู ู„ูŽุนูŽู„ู‘ูŽูƒูู…ู’ ุชูุฑู’ุญู‹ู…ููˆู’ู†ูŽ. ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ูููŠู’ ุงู’ู„ู‚ูุฑู’ุขู†ู ุงู„ู’ูƒูŽุฑููŠู’ู…ู ูŠูŽุงุฃูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ุงุนู’ุจูุฏููˆุง ุฑูŽุจู‘ูŽูƒูู…ู ุงู„ู‘ูŽุฐููŠ ุฎูŽู„ูŽู‚ูŽูƒูู…ู’ ูˆูŽุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ู…ูู†ู’ ู‚ูŽุจู’ู„ููƒูู…ู’ ู„ูŽุนูŽู„ู‘ูŽูƒูู…ู’ ุชูŽุชู‘ูŽู‚ููˆู†ูŽุŒ ูˆูŽู‚ุงูŽู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุงุชู‘ูŽู‚ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุญูŽูŠู’ุซูู…ูŽุง ูƒูู†ู’ุชูŽ ูˆูŽุฃูŽุชู’ุจูุนู’ ุงู„ุณู‘ูŽูŠู‘ูุฆูŽุฉูŽ ุงู„ู’ุญูŽุณูŽู†ูŽุฉูŽ ุชูŽู…ู’ุญูู‡ูŽุง ูˆูŽุฎูŽุงู„ูู‚ู ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณูŽ ุจูุฎูู„ูู‚ู ุญูŽุณูŽู†ู. ุตูŽุฏูŽู‚ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ู ูˆูŽุตูŽุฏูŽู‚ูŽ ุฑูŽุณููˆู’ู„ูู‡ู ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุงู„ู’ูƒูŽุฑููŠู’ู…ู ูˆูŽู†ูŽุญู’ู†ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฐู„ููƒูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ุดู‘ูŽุงู‡ูุฏููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู„ุดู‘ูŽุงูƒูุฑููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ูู„ู„ู‡ู ุฑูŽุจู‘ู ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูˆูŽู…ูŽู„ูŽุงุฆููƒูŽุชูŽู‡ู ูŠูุตูŽู„ู‘ููˆู†ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ูŠูŽุงุฃูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ุกูŽุงู…ูŽู†ููˆุง ุตูŽู„ู‘ููˆุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูู…ููˆุง ุชูŽุณู’ู„ููŠู…ู‹ุง. ุงูŽู„ู„ู‘ู‡ูู…ู‘ูŽ ุงุบู’ููุฑู’ ู„ูู„ู’ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุณู’ู„ูู…ูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ูŽุงุชู ุงู’ู„ุฃูŽุญู’ูŠุงูŽุกู ู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽุงู’ู„ุฃูŽู…ู’ูˆูŽุงุชู ุฅูู†ู‘ูŽูƒูŽ ุณูŽู…ููŠู’ุนูŒ ู‚ูŽุฑููŠู’ุจูŒ ู…ูุฌููŠู’ุจู ุงู„ุฏู‘ูŽุนูŽูˆูŽุงุชู ูˆูŽู‚ูŽุงุถููŠูŽ ุงู„ู’ุญูŽุงุฌูŽุงุชู ุฑูŽุจู‘ูŽู†ูŽุง ู„ูŽุง ุชูุคูŽุงุฎูุฐู’ู†ูŽุง ุฅูู†ู’ ู†ูŽุณููŠู†ูŽุง ุฃูŽูˆู’ ุฃูŽุฎู’ุทูŽุฃู’ู†ูŽุง ุฑูŽุจู‘ูŽู†ูŽุง ูˆูŽู„ูŽุง ุชูŽุญู’ู…ูู„ู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ุฅูุตู’ุฑู‹ุง ูƒูŽู…ูŽุง ุญูŽู…ูŽู„ู’ุชูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ู…ูู†ู’ ู‚ูŽุจู’ู„ูู†ูŽุง ุฑูŽุจู‘ูŽู†ูŽุง ูˆูŽู„ูŽุง ุชูุญูŽู…ู‘ูู„ู’ู†ูŽุง ู…ูŽุง ู„ูŽุง ุทูŽุงู‚ูŽุฉูŽ ู„ูŽู†ูŽุง ุจูู‡ู ูˆูŽุงุนู’ูู ุนูŽู†ู‘ูŽุง ูˆูŽุงุบู’ููุฑู’ ู„ูŽู†ูŽุง ูˆูŽุงุฑู’ุญูŽู…ู’ู†ูŽุง ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ู…ูŽูˆู’ู„ูŽุงู†ูŽุง ููŽุงู†ู’ุตูุฑู’ู†ูŽุง ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู…ู ุงู„ู’ูƒูŽุงููุฑููŠู†ูŽ. ุฑูŽุจู‘ูŽู†ูŽุง ุขุชูู†ูŽุง ูููŠ ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ุญูŽุณูŽู†ูŽุฉู‹ ูˆูŽูููŠ ุงู„ู’ุขุฎูุฑูŽุฉู ุญูŽุณูŽู†ูŽุฉู‹ ูˆูŽู‚ูู†ูŽุง ุนูŽุฐูŽุงุจูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุฑ ุนูุจูŽุงุฏูŽ ุงู„ู„ู‡ู! ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูŠูŽุฃู’ู…ูุฑู ุจูุงู„ู’ุนูŽุฏู’ู„ู ูˆูŽุงู„ู’ุฅูุญู’ุณูŽุงู†ู ูˆูŽุฅููŠุชูŽุงุกู ุฐููŠ ุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุจูŽู‰ ูˆูŽูŠูŽู†ู’ู‡ูŽู‰ ุนูŽู†ู ุงู„ู’ููŽุญู’ุดูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูู†ู’ูƒูŽุฑู ูˆูŽุงู„ู’ุจูŽุบู’ูŠู ูŠูŽุนูุธููƒูู…ู’ ู„ูŽุนูŽู„ู‘ูŽูƒูู…ู’ ุชูŽุฐูŽูƒู‘ูŽุฑููˆู†ูŽุŒ ููŽุงุฐู’ูƒูุฑููˆุง ุงู„ู„ู‡ูŽ ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ูŽ ูŠูŽุฐู’ูƒูุฑู’ูƒูู…ู’ ูˆูŽุงุดู’ูƒูุฑููˆู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ู†ูุนูŽู…ูู‡ู ูŠูŽุฒูุฏู’ูƒูู…ู’ ูˆูŽุงุณู’ุฃูŽู„ููˆู’ู‡ู ู…ูู†ู’ ููŽุถู’ู„ูู‡ู ูŠูุนู’ุทููƒูู…ู’ ูˆูŽู„ูŽุฐููƒู’ุฑู ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽูƒู’ุจูŽุฑู SyekhAbu Bakar As-Syibli (rahimahullahu) tinggal di Baghdad. Nama As-Syibli dinisbatkan kepadanya karena dibesarkan di Kota Syibli di wilayah Khurasan, Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Kisah Sufi Karena Sibuk Mengurus Hati ============= Assalamualaikum wr wb Sahabatku rahimakumullah, Suatu ketika, seorang sufi yang masih muda datang dengan maksud ingin berguru kepada Abu Said Abul Khair, seorang Guru Sufi yang terkenal karena karamahโ€™nya dan gemar mengajar tasawuf di pengajian-pengajian. Rumah guru sufi itu terletak di tengah-tengah padang pasir. Ketika sufi muda itu tiba di rumahnya, Abul Khair sedang memimpin Majelis pengajian, di tengah-tengah para muridnya. Sewaktu Abul Khair membaca surah Al-Fatihah. Ia tiba pada ayat ghairil maghdubi 'alaihim, wa ladh dhallin. Sufi muda itu berpikir, "Bagaimana mungkin ia seorang Guru sufi terkenal?, makhraj bacaan Al Fatehahnya tidak bagus begitu. Bagaimana mungkin aku bisa berguru kepadanya. Bacaan Quran-nya sajatidak bagus." Sufi muda itu mengurungkan niatnya untuk belajar kepada Abul Khair. Sufi muda itu merasa salah memilih calon Guru baginya, dan ia memutuskan pulang dan mencari Guru lain yang makhraj bacaannya lebih bagus darinya. Begitu sufi muda itu keluar, ia langsung dihadang oleh seekor Singa Padang Pasir yang buas. Ia kemudian mundur menghindari Singa itu, akan tetapi di belakangnya ada seekor Singa Padang Pasir lain yang menghalanginya. Lelaki muda itu menjerit keras meminta tolong karena ketakutan. Mendengar teriakannya, Abul Khair segera turun keluar meninggalkan majelisnya. Ia menatap kedua ekor Singa yang kelaparan itu dan menegur mereka, "Wahai Singa, Bukankah sudah kubilang padamu, jangan pernah kalian menganggu para tamuku!" Kedua singa itu lalu bersimpuh di hadapan Abul Khair. Sang sufi lalu mengelus telinga keduanya dan menyuruhnya pergi. Lelaki muda itu keheranan, "Bagaimana mungkin Anda dapat menaklukkan Singa-Singa yang begitu liar?" Abul Khair menjawab, "Anak muda, selama ini aku sibuk memperhatikan urusan aku berusaha menata hatiku, hingga aku tidak sempat berprasangka buruk kepada orang lain. Untuk kesibukanku menaklukkan hati ini, Allah SWT menaklukkan seluruh alam semesta kepadaku. Semua binatang buas di sini termasuk Singa-Singa Padang pasir yang buas tadi semua tunduk kepadaku. Sekarang apakah kamu menyadari kekuranganmu wahai anak muda ? โ€œTidak , wahai Guruโ€, jawab anak muda itu. โ€œSelama ini kamu sibuk memperhatikan hal-hal lahiriah hingga nyaris lupa memperhatikan hatimu, karena itu kamu takut kepada seluruh alam semesta, dan ketakutan hanya karena Singa-Singa itu." Sahabatku, Betapa indah sekiranya kita memiliki hati atau qolbu yang senantiasa tertata terpelihara terawat dengan sebaik-baiknya. Kita akan senantiasa merasakan lapang tenteram tenang sejuk dan indah hidup di dunia ini. Semua ini akan tercermin dalam tiap gerak-gerik perilaku tutur kata, senyum tatapan mata riak air muka bahkan diam sekalipun. Orang yang hatinya telah tertata dengan baik, ia tidak pernah merasa resah gelisah tidak pernah gundah gulana. Kemana pun pergi dan dimana pun berada ia senantiasa mampu mengendalikan hatinya. Diri senantiasa berada dalam kondisi damai dan mendamaikan tenang dan menenangkan tenteram dan menenteramkan. Ia yakin dengan keyakinan yang amat sangat bahwa hanya dengan mengingat dan merindukan Allah, hanya dengan menyebut-nyebut namaNYA setiap saat, meyakini dan mengamalkan ayat-ayat-Nya maka hati menjadi tenteram. Tantangan seberat apapun diterima dengan ikhlas. Sebaliknya orang yang hati-nya tidak tertata akan mendapatkan kerugian yang berlipat-lipat. Tidak saja hati yang selalu gelisah namun juga orang lain yang melihat pun tidak akan menaruh hormat sedikit pun jua. Ia akan dicibir dan dilecehkan orang. Ia akan tidak disukai sehingga sangat mungkin akan tersisih dari pergaulan. Terlepas siapa orangnya. Adakah ia orang berilmu berharta banyak pejabat atau siapapun; kalau hatiya tidak ditata dengan baik alias berhati busuk niscaya akan mendapat celaan dari masyarakat yang mengenalnya. Derajatnya-pun mungkin akan sama atau bahkan lebih hina dari pada apa yang dikeluarkan dari perutnya. Orang yang hatinya tertata rapih adalah orang yang telah berhasil merintis jalan ke arah kebaikan. Ia tidak akan tergoyahkan dengan aneka rayuan dunia yang tampak menggiurkan. Ia akan melangkah pada jalan yang lurus. Dari titik tahapan kebaikan itu hingga mencapai titik puncak. Sementara itu ia akan berusaha sekuattenga untuk memelihara diri dari sikap sombong ujub, riyaโ€™, hasad dengki dan perilaku rendah lainnya. Sungguh betapa beruntung orang yang senantiasa bersungguh-sungguh menata hati karena berarti ia telah menabung aneka kebaikan yang akan segera dipetik hasil dunia akhirat. Sebaliknya, alangkah malangnya orang yang tidak pernah menata hatinya, selama hidup lalai dan membiarkan hatinya kusut masai dan kotor. Karena jangankan akhirat kelak bahkan ketika hidup di dunia pun nyaris tidak akan pernah merasakan nikmat hidup tenteram nyaman dan lapang. Sahabatku, Seperti Sufi Besar, Abu Said Abul Khair dalam kisah di atas yang dapat menaklukkan alam semesta akibat ia sibuk menata hatinya, bahkan sepasang Singa padang pasir yang sangat buas dan kelaparan bisa dengan mudah ia tundukkan. Sebaliknya sufi muda yang hendak berguru, akibat sibuk hanya mengurus makhraj bacaan Al Qurโ€™an orang lain, dan berprasangka buruk pada calon Gurunya, maka ia dihantui ketakutan akan alam semesta So, marilah kita senantiasa melatih diri untuk menyingkirkan segala penyebab yang potensial bisa menimbulkan ketidak-nyamanan yang ada di dalam hati ini. Karena dengan hati yang nyaman, indah dan lapang, niscaya akan membuat hidup ini terasa damai. Dengan hati yang tertata, maka meskipun berseliweran aneka masalah hidup yang dihadapi, namun sama sekali tidak akan pernah membuat ia terjebak dalam kesulitan, karena ia selalu mampu menemukan jalan keluar terbaik dengan izin Allah. Insya Allah! Sebagai penutup, saya kutipkan Hadits Rasulullah Saw, dimana beliau bersabda โ€Innallaha la yanzhuru ila ajsamikum wa la ila shuwarikum walakin yanzhuru ila qulubikumโ€. Artinya, โ€Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik kalian dan rupa kalian akan tetapi Allah melihat hati kalianโ€ HR. Muslim Semoga Allah Swt menjadikan kita dan semua dan anak2 keturunan kita menjadi orang yang tertata hatinya, berhati bersih qalbun salim dan terhindar dari penyakit-penyakit hati. Aamiin Yaa Rabbal Alamiin. Semangat Pagi sahabatku, Selamat berlibur akhir pekan bersama keluarga, Have a nice weekned dan jangan lupa untuk tetap saling berlomba dalam kebaikan dan saling berpesan dalam kebenaran dan kesabaran. Untuk Anda yg sedang dilanda musibah/sakit, Semoga Allah segera mengangkat musibah/ penyakitnya dan menggantinya dgn kesehatan dan kebahagiaan. Amin YRA Allahummashallii ala sayyidina Muhammad wa ala'ali sayyidina Muhammad. Semoga tulisan sederhana ini membawa manfaat bagi diri saya dan kita semua. Amin YRA Terima kasih banyak, thank you n matur Syukran atas waktunya. Bรขraka Allรขh fรฎkum. Amiin Lebak Bulus, 28 April 2012 jam WIB Wassalamualaikum wr wb Imam Puji Hartono IPH Lihat Filsafat Selengkapnya 0views, 0 likes, 0 loves, 0 comments, 0 shares, Facebook Watch Videos from Riyo Fulana: Abdul Hasan Muhammad bin Isma'il, yang kemudian dikenal dengan Khair An-Nassaj. Ia merupakan sufi pertengahan loading...Kisah ini yang diambil dari Buku Keempat dari Mathnawi karya Rumi, sudah jelas dengan sendirinya. Foto/Ilustrasi Ist Kisah berikut ini dinukil dari buku berjudul "Tales of The Dervishes" karya Idries Shah yang diterjemahkan Ahmad Bahar menjadi "Harta Karun dari Timur Tengah - Kisah Bijak Para Sufi". Berikut kisah tersebutAda seorang kaya dan murah hati yang tinggal di Bokhara. Karena ia memiliki pangkat tinggi dalam hierarki yang tidak kelihatan, ia dikenal sebagai Pemimpin Dunia. Ia membuat satu syarat untuk hadiah yang diberikannya. Setiap hari diberikannya emas kepada sekelompok masyarakat yang sakit, yang janda, dan selanjutnya. Tetapi tak diberikannya apa pun kepada yang membuka semua orang bisa tahan berdiam diri. Baca Juga Pada suatu hari, tibalah giliran para ahli hukum menerima bagian hadiah. Salah seorang di antara mereka itu tidak dapat menahan diri mengajukan permohonan selengkap dan sesuatu pun diberikan ia belum berhenti berusaha. Hari berikutnya, orang-orang cacat diberi hadiah, dan ia pun berpura-pura anggota badannya Sang Pemimpin mengenalinya, dan ia pun tak mendapatkan berikutnya lagi, ia kembali menyamar, menutupi wajahnya, bergabung dengan kelompok masyarakat yang berbeda. Kali ini pun ia dikenali dan dan lagi ia mencoba, bahkan juga pernah menyamar sebagai wanita namun tetap saja gagal. Baca Juga Akhirnya, ahli hukum itu bertemu dengan seorang yang mengurus pemakaman dan memintanya untuk membungkus dirinya dengan kain kafan. "Kalau Sang Pemimpin lewat, ia nanti mungkin mengiraku mayat. Ia mungkin melemparkan sejumlah uang untuk pemakamanku dan kau akan kuberi bagian."Hal itu pun dilaksanakan. Sekeping uang emas dilemparkan Pemimpin ke balutan kafan itu. Ahli hukum itu pun meraihnya, takut didahului oleh pengurus jenazah itu. Lalu, ia berkata kepada dermawan itu, "Kau mengingkari hadiah untukku. Lihat, bagaimana aku telah mendapatkannya!""Tak ada yang bisa kau dapatkan dariku," jawab orang murah hari itu, "sampai kau mati. Inilah makna ungkapan tersamar 'orang harus mati sebelum ia mati'. Hadiah itu datang setelah 'kematian', dan bukan sebelumnya. Dan bahkan, 'kematian' ini pun tak mungkin ada tanpa pertolongan."Menurut Idries Shah, kisah ini yang diambil dari Buku Keempat dari Mathnawi karya Rumi, sudah jelas dengan Darwis mempergunakannya untuk menekankan bahwa, walaupun anugerah bisa 'direnggut' oleh orang cerdik, kemampuan 'emas' yang diambil secara benar dari seorang guru seperti Si Pemurah dari Bokhara itu memiliki kekuatan yang melampaui apa yang kasat mata. Inilah sifat yang sulit dipahami dari anugerah. Baca Juga mhy 10Februari 2000. Pencerah Hati. Meskipun sangat menarik sebagai hiburan, kisah-kisah Sufi tidak pernah sekedar dianggap sama dengan fabel, legenda atau folklore . Kisah-kisah ini memiliki wit (ketangkasan pikiran), susunan, dan daya pikat yang sebanding dengan cerita terbaik kebudayaan manapun; namun fungsinya sebagai cerita-nasehat Sufi hanya ๏ปฟ403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID CqG_sYXkw6iTm1euRw06dNB09o7CePSyfa6qzRn3TWEmP02j-OoyvA== Banyakterdapat kisah-kisah penuh hikmah dan pelajaran berharga yang diriwayatkan dari para sufi terdahulu. Mengumpulkan kisah hikmah tiga sufi terkemuka yan

AbuSulaiman al-Darani, berasal dari Daran, Damaskus, Syria. Yang wafat pada tahun 215 H. Abu Sulaiman al-Darani berkata , "Tidak seorang pun bersikap

WSNf.
  • d5y1f84m5n.pages.dev/367
  • d5y1f84m5n.pages.dev/160
  • d5y1f84m5n.pages.dev/369
  • d5y1f84m5n.pages.dev/87
  • d5y1f84m5n.pages.dev/218
  • d5y1f84m5n.pages.dev/88
  • d5y1f84m5n.pages.dev/64
  • d5y1f84m5n.pages.dev/157
  • d5y1f84m5n.pages.dev/146
  • kisah sufi menyentuh hati